Jumat, 14 September 2012

Renungan Akhir Pekan - persiapan memasuki ibadah-Nya -Kesalehan Ayub di Hadapan Tuhan - Ayub 40:1-9


Seringkali di dalam kehidupan kita, hidup yang kita jalani tidak semulus dengan yang kita harapkan.  Ada kalanya, kesulitan-kesulitan datang yang sebenarnya bukan disebabkan oleh kita tetapi karena faktor keadaan ataupun perbuatan orang lain.  Semua itu Tuhan ijinkan terjadi karena dunia yang kita diami sudah dan sedang jatuh ke dalam dosa.  Bahkan orang Kristen yang mengasihi Allah sekalipun bisa mengalami penderitaan yang berat.  Kita bisa menelusuri ada banyak anak-anak Tuhan yang mengalami sakit kanker yang tidak tersembuhkan.  Namun ada satu hal penting yang perlu kita ketahui bersama, bahwa pada dasarnya Tuhan tidak menghendaki ada penderitaan terjadi.  Tetapi, jika penderitaan itu tetap terjadi, semuanya Tuhan ijinkan terjadi di dalam kendali-Nya.  Tidak ada satupun peristiwa yang terjadi, seburuk apapun yang tidak diketahui Allah.  Pertanyaannya adalah apakah kita akan mempertanyakan Allah atau bahkan menuduh Allah ketika kita suatu kali mengalami penderitaan?

Melalui kisah Ayub di pasal 4 ini kita bisa melihat ada dialog antara Allah dengan Ayub, di mana Allah seakan berbalik menginterogasi Ayub atas penderitaan yang Ayub alami.  Allah bertanya kepada Ayub, ”Hai Ayub, kautantang Aku, Allah Yang Mahakuasa; maukah engkau mengalah atau maukah engkau membantah?" (ayat 1, BIS).  Di sini kita melihat Allah berkata kepada Ayub, bahwa penderitaan yang dialami Ayub sebenarnya bukanlah terjadi semata-mata karena kehendak Allah.  Namun jikalau penderitaan itu harus terjadi, Allah ingin Ayub jangan sekali-sekali mempertanyakan atau menuduh Allah.  Kalaupun Allah mengijinkan Ayub menderita, Allah berdaulat untuk mengijinkannya terjadi.  Artinya, penderitaan Ayub berada dalam lingkup kedaulatan Allah.  Tetapi kita bisa melihat jawaban Ayub di ayat 4-5, ia tidak berani berbantah dengan Allah.  Ia menyadari seutuhnya bahwa ia sama sekali tidak berhak untuk mengatur Allah.  Jika kita membaca kisah penderitaan Ayub yang berat, maka jawaban Ayub mewakili kesalehan yang dimilikinya.

Ketika kita mengalami tantangan kesulitan atau penderitaan, tidak jarang kita mengeluh dan mempertanyakan kemahakuasaan Allah.  Tanpa sadar kita sedang mengintruksi Allah untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan Allah bagi kita.  Seringkali ketika sebagian orang Kristen mengalami penderitaan, mereka merasa tidak nyaman dan menuntut Allah melepaskan mereka dari penderitaan, lalu jika penderitaan itu tetap mereka alami, mereka mulai mempertanyakan Allah dan akhirnya mereka meninggalkan Allah.  Sdr, padahal ada kalanya Tuhan ijinkan kita menderita adalah untuk menguji iman kita sejauh mana, seberapa dalam kesalehan kita untuk tetap bergantung dan percaya bahwa Allah itu baik adanya.  Seperti Ayub yang tidak mempertanyakan bahkan menginstruksi Allah—kita sebagai orang percaya harus menunjukkan kesalehan kita kepada Allah dengan bersikap “biarlah kehendak-Mu yang jadi ya Allah” di dalam kesulitan yang terberat sekalipun.  Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar