Seringkali di dalam kehidupan kita, hidup yang kita jalani tidak semulus
dengan yang kita harapkan. Ada kalanya,
kesulitan-kesulitan datang yang sebenarnya bukan disebabkan oleh kita tetapi
karena faktor keadaan ataupun perbuatan orang lain. Semua itu Tuhan ijinkan terjadi karena dunia
yang kita diami sudah dan sedang jatuh ke dalam dosa. Bahkan orang Kristen yang mengasihi Allah
sekalipun bisa mengalami penderitaan yang berat. Kita bisa menelusuri ada banyak anak-anak
Tuhan yang mengalami sakit kanker yang tidak tersembuhkan. Namun ada satu hal penting yang perlu kita
ketahui bersama, bahwa pada dasarnya Tuhan tidak menghendaki ada penderitaan
terjadi. Tetapi, jika penderitaan itu tetap
terjadi, semuanya Tuhan ijinkan terjadi di dalam kendali-Nya. Tidak ada satupun peristiwa yang terjadi,
seburuk apapun yang tidak diketahui Allah.
Pertanyaannya adalah apakah kita akan mempertanyakan Allah atau bahkan
menuduh Allah ketika kita suatu kali mengalami penderitaan?
Melalui kisah Ayub
di pasal 4 ini kita bisa melihat ada dialog antara Allah dengan Ayub, di mana
Allah seakan berbalik menginterogasi Ayub atas penderitaan yang Ayub alami. Allah bertanya kepada Ayub, ”Hai Ayub, kautantang Aku, Allah Yang Mahakuasa; maukah
engkau mengalah atau maukah engkau membantah?" (ayat 1,
BIS). Di sini kita melihat Allah berkata
kepada Ayub, bahwa penderitaan yang dialami Ayub sebenarnya bukanlah terjadi
semata-mata karena kehendak Allah. Namun
jikalau penderitaan itu harus terjadi, Allah ingin Ayub jangan sekali-sekali
mempertanyakan atau menuduh Allah.
Kalaupun Allah mengijinkan Ayub menderita, Allah berdaulat untuk
mengijinkannya terjadi. Artinya,
penderitaan Ayub berada dalam lingkup kedaulatan Allah. Tetapi kita bisa melihat jawaban Ayub di ayat
4-5, ia tidak berani berbantah dengan Allah.
Ia menyadari seutuhnya bahwa ia sama sekali tidak berhak untuk mengatur Allah. Jika kita membaca kisah penderitaan Ayub yang
berat, maka jawaban Ayub mewakili kesalehan yang dimilikinya.
Ketika
kita mengalami tantangan kesulitan atau penderitaan, tidak jarang kita mengeluh
dan mempertanyakan kemahakuasaan Allah.
Tanpa sadar kita sedang mengintruksi Allah untuk melakukan apa yang
seharusnya dilakukan Allah bagi kita. Seringkali
ketika sebagian orang Kristen mengalami penderitaan, mereka merasa tidak nyaman
dan menuntut Allah melepaskan mereka dari penderitaan, lalu jika penderitaan
itu tetap mereka alami, mereka mulai mempertanyakan Allah dan akhirnya mereka
meninggalkan Allah. Sdr, padahal ada
kalanya Tuhan ijinkan kita menderita adalah untuk menguji iman kita sejauh
mana, seberapa dalam kesalehan kita untuk tetap bergantung dan percaya bahwa
Allah itu baik adanya. Seperti Ayub yang
tidak mempertanyakan bahkan menginstruksi Allah—kita sebagai orang percaya harus
menunjukkan kesalehan kita kepada Allah dengan bersikap “biarlah kehendak-Mu
yang jadi ya Allah” di dalam kesulitan yang terberat sekalipun. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar