Alasan yang
paling efektif dan kata ajaib yang paling sering digunakan oleh seseorang untuk
sebuah kelalaian (ketidaktaatan) adalah kata “lupa.” “Mengapa kamu
tidak membawa Alkitab?” tanya sang guru agama. “Lupa Pak”
demikian jawab sang murid. “Lho koq mamah tidak membawa pesananku sih?”
tanya sang suami kepada istrinya. “Aduh, iya lupa pah!”
Banyak orang menggunakan alasan lupa sebagai sarana pembenaran diri.
Parahnya ada sebagian orang merasa tidak bersalah ketika mereka melupakan tugas
dan tanggung jawab mereka, sehingga lupa menjadi sebuah pegangan untuk
melarikan diri dari tanggung jawab. Tentu saja tidak semua orang seperti
demikian, ada orang-orang yang memegang janjinya sedemikian rupa dan merasa
bersalah karena kelupaannya.
Namun memang tidak dipungkiri kalau alasan “lupa”
adalah efektif karena “lupa” itu adalah naluriah, walau bagaimanapun bukan
berarti itu menjadi alasan kita untuk menjadi lalai. Yang menjadi
perenungan kita adalah lupa bisa berakibat fatal, seperti lupa mematikan kompor
bisa mengakibatkan kompor meledak dan terjadi kebakaran, dll.
Demikian juga dengan yang sering dilakukan oleh bangsa
Israel seperti yang dikisahkan di kitab-kitab Perjanjian Lama. Sejarah
menulis bangsa Israel seringkali melupakan Tuhan setelah mereka ditolong oleh
Tuhan sekalipun. Mereka memiliki reputasi sebagai bangsa yang tidak taat
dan melupakan kebaikan Tuhan (dimulai sejak Kejadian 3). Penulis kitab
Samuel menulis, “Ketika Yakub datang ke Mesir dan nenek moyangmu
berseru-seru kepada TUHAN, maka TUHAN mengutus Musa dan Harun, yang membawa
nenek moyangmu keluar dari Mesir, dan membiarkan mereka diam di tempat
ini. Tetapi mereka melupakan TUHAN” (8-9).
Kegiatan bangsa Israel yang sering melupakan TUHAN
dikutip oleh penulis bagaimana TUHAN Allah tetap memperhatikan mereka dengan
mengutus para hakim untuk membebaskan mereka dari penindasan bangsa asing
(10-11). Namun, kebiasaan lama yang dilakukan bangsa Israel dilakukan
ulang: mereka (kembali) melupakan TUHAN.
Siklus ketidaktaatan ini sangat jelas dinyatakan di
kitab Hakim-hakim:
- Bangsa Israel hidup tenang dan taat di bawah pengaturan para hakim dimulai dari tahun-tahun terakhir masa Yosua (Masa Tenang [Rest])
- Muncul generasi baru, timbul penyesatan dan ketidaktaatan kepada hukum Taurat yang berkaitan dengan penyembahan berhala (Pemberontakan [Rebellion])
- Allah menghukum bangsa Israel lewat penindasan bangsa asing (Hukuman [Retribution])
- Bangsa Israel memohon pertolongan Allah untuk membebaskan mereka dari penindasan (Pertobatan [Repentance])
- Allah mendengar teriakan permintaaan tolong bangsa Israel dan membangkitkan seorang hakim untuk membebaskan bangsa Israel dengan kemenangan atas bangsa asing (Pemulihan [Restoration]).
- Namun ketenangan hanya berjalan sebentar, setelah hakim yang lama mati, tidak ada pemimpin, masuk periode yang baru, bangsa Israel mulai berlaku jahat lagi dan siklus ketidaktaatanpun kembali berulang.
Siklus
pemberontakan ini berlangsung selama rentang waktu 200 tahun.
Penulis mencatat siklus pengulangan ini sebanyak tujuh kali di dalam kitab ini.
Menunjukkan bagaimana begitu seringnya bangsa Israel ingkar janji dan melupakan
TUHAN. Sampai akhirnya, Samuel yang merupakan hakim terakhir menjadi
saksi penolakan bangsa Israel terhadap TUHAN. Samuel kalah menghadapi
tuntutan bangsa Israel, dan mengangkat Saul menjadi raja (13-15). Namun,
pemerintahan Saul sebagian besar merupakan malapetaka karena ketidaksetiaannya.
Apa yang dirindukan Tuhan kepada umat-Nya adalah
kesetiaan. Dan kesetiaan menuntut ketaatan, ketaatan untuk mendengarkan
firman-Nya. Tuhan ingin saudara dan saya tidak melupakan
pemeliharaan-Nya, tuntunan-Nya, pertolongan-Nya dan
perintah-perintah-Nya. Perkataan-Nya semua tertera di dalam Alkitab, kita
dapat membacanya siang dan malam. Setiap minggunya kita bisa mendengar
firman-Nya lewat ibadah rutin yang kita lakukan. Di dalam persekutuan,
firman-Nya kembali dapat kita renungkan bersama. Tuhan mengasihi umat-Nya
maka Ia ingin kita bisa terpaut terus dengan-Nya lewat ketaatan kita
mendengarkan firman-Nya.
Siapa yang sudah lama tidak beribadah, kembalilah
beribadah kepada-Nya, dengarkanlah pengajaran-Nya dan bersikap setialah.
Siapa yang sudah lama tidak membaca Alkitab, kembalilah membuka surat
cinta-Nya, temukan nasihat-Nya dan bertekunlah membaca. Siapa yang sudah
lama tidak berdoa, kembalilah berdoa, dengarkanlah suara-Nya dan perolehlah
ketenangan.
Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar