“Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu,
sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:40)
PENDAHULUAN
Jika
kita mengamati kehidupan di dunia ini, semakin hari orang semakin tidak
peduli terhadap sesamanya. Masyarakat kita secara sadar atau tidak
sadar mulai berkenalan dan sudah menjalin hubungan dengan sifat-sifat
yang bernama egois, individualistis dan apatis, bahkan manusia hampir
tidak mengenal lagi yang namanya belas kasihan. Amatilah
kejadian-kejadian yang diberitakan baik melalui media visual maupun
cetak, atau mungkin kita dapat mengamatinya secara langsung di dalam
kehidupan keseharian kita. Kemiskinan yang merajalela, kebodohan yang
dipelihara, tingkat kesahatan yang terabaikan semuanya didominasi oleh
kaum lemah yang kita kenal dalam istilah kaum setopan, orang kolong jembatan, penduduk pinggir kali, dll.
Semangat
hedonis dan materialistis tidak mau kalah bersaing, ikut mempromosikan
dirinya, mulai dari tingkat elit sampai kepada level garis rumput
semuanya ingin eksis, dari kaum alay sampai kaum borjuis,
berlomba-lomba tampil trendi. Untuk mencapai hal-hal yang demikian,
orang-orang menjadi komsumtif dan karenanya mendorong sifat
individualistis dan –is-is lainnya terpelihara semakin subur dan belas
kasihan mulai dikubur. Yang di permukaan semakin terang benderang, yang
di bawah, yang di pinggir, di belakang semakin terhilang. Kalau orang
dunia bicara, “Mau apa lagi?” Bagaimana dengan orang Kristen?
PENGGALIAN
Kali
ini di Matius 25: 31-46, Tuhan Yesus sedang berbicara tentang
Penghakiman Terakhir. Diceritakan bahwa ketika Tuhan Yesus datang
kembali ke dalam dunia, Ia tidak datang dalam kondisi yang lemah sebagai
bayi dan situasinya berbeda. Kali ini Dia datang sebagai Hakim atau
Raja yang menghakimi seluruh bangsa. Ia akan memisahkan seluruh bangsa
yang ada di hadapan-Nya seorang demi seorang, sama seperti seorang
gembala memisahkan domba dari kambing dan Ia akan menempatkan
domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya
(ay. 32-33).
Tuhan Yesus menggunakan gambaran domba dan
kambing untuk menggambarkan antara orang percaya dan yang non-percaya.
Pada zaman dulu di Israel, para gembala memang menggembalakan domba
bercampur dengan kambing, tetapi akan dipisah ketika tiba waktunya untuk
mencukur bulu domba. Pada waktu petang, domba mendengarkan suara
gembala tetapi kambing memilih untuk mengabaikan panggilan gembala.
Perbedaan antara domba dengan kambing juga secara simbolis dalam Alkitab
domba itu sering dipakai untuk melambangkan umat Allah, melambangkan
kebenaran (Mzm. 23: 1-6; 100: 3; Yoh. 10). Sedangkan kambing di sini
melambangkan sesuatu yang jahat (Yeh. 34: 17).
Apa
hubungannya Penghakiman Terakhir dengan “memperhatikan yang terhilang?”
Ayat 40 (34) dan 45 (46) merupakan indikasi kuat bahwa memperhatikan
orang kecil erat hubungannya dengan Penghakiman Terakhir. Alkitab
menulis, yang di sebelah kanan-Nya akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga
karena sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah
seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya
untuk Aku, kata Tuhan Yesus (ay. 40). Sebaliknya yang disebelah kiri-Nya akan masuk neraka karena sesungguhnya segala sesuatu yang TIDAK kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu TIDAK melakukannya juga untuk Aku.
Bagaimana
bisa “orang-orang yang ditaruh di sebelah kanan” disebut telah
memperhatikan yang terhilang (yang paling hina)? Ayat 35-36
mengonfirmasi tindakan belas kasihan mereka yang menuntun mereka masuk
ke dalam Kerajaan Allah. Ketidaksadaran mereka (lih. ay. 38-39) memberi
kesan bahwa tindakan belas kasihan yang mereka berikan bagi yang
terhilang merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan dengan tulus.
Intinya melakukan kebaikan, berbelas kasihan kepada orang-orang kecil
sama dengan melakukan untuk Tuhan (ay. 40, 45).
Ada satu
hal yang penting bahwa bagian ini sama sekali tidak sedang mengajarkan
perbuatan baik untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Hanya anugerah
semata manusia menerima keselamatan dan bisa masuk ke dalam Kerajaan
Sorga. Sebaliknya justru bagian ini menegaskan bahwa orang yang
sungguh-sungguh telah dipilih Allah akan terihat dari buahnya. Jadi
perbuatan baik dan tindakan belas kasihan adalah buah dari orang-orang
yang mengucap syukur atas keselamatan yang telah mereka terima. Orang
yang diselamatkan pasti akan melakukan perbuatan baik untuk menyenangkan
Allah. Secara singkat orang Kristen sejati akan melakukan tindakan
yang serupa Kristus, yang juga mengasihi dan memperdulikan orang-orang
yang lemah dan terkucil (baca Injil Lukas).
TINDAKAN NYATA
Menolong
mereka yang kekurangan tidak harus melakukan perjalanan jauh ke
daerah-daerah terpencil di dunia. Tidak perlu tindakan muluk-muluk
ingin memberi bantuan dana yang memerlukan budget raksasa.
Perhatian yang tulus dan tindakan nyata dalam memberi kebutuhan yang
paling mendasar yang mereka butuhkan sudah cukup meruntuhkan benteng
pemisahan antara si aku dan yang terhilang.
Lingkungan
tempat saudara tinggal bisa menjadi acuan untuk proyek belas kasihan.
Ketika saudara melewati jalan-jalan di mana saudara keluar berpergian
dari rumah menuju tujuan saudara, saudara dapat menebarkan belas kasihan
bagi mereka yang membutuhkan pertolongan. Kita juga dapat menolong
anak-anak yang kurang mampu di gereja atau lingkungan non-gereja;
membagikan makanan bagi para gelandangan di tempat-tempat tertentu;
memperhatikan janda-janda dan yatim piatu; bekerja sama dengan yayasan
yang bergerak di pelayanan masyarakat miskin dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar