Selasa, 07 Agustus 2012

MEMPERHATIKAN YANG TERKECIL

“Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku” (Matius 25:40)

PENDAHULUAN
Jika kita mengamati kehidupan di dunia ini, semakin hari orang semakin tidak peduli terhadap sesamanya. Masyarakat kita secara sadar atau tidak sadar mulai berkenalan dan sudah menjalin hubungan dengan sifat-sifat yang bernama egois, individualistis dan apatis, bahkan manusia hampir tidak mengenal lagi yang namanya belas kasihan. Amatilah kejadian-kejadian yang diberitakan baik melalui media visual maupun cetak, atau mungkin kita dapat mengamatinya secara langsung di dalam kehidupan keseharian kita. Kemiskinan yang merajalela, kebodohan yang dipelihara, tingkat kesahatan yang terabaikan semuanya didominasi oleh kaum lemah yang kita kenal dalam istilah kaum setopan, orang kolong jembatan, penduduk pinggir kali, dll.
Semangat hedonis dan materialistis tidak mau kalah bersaing, ikut mempromosikan dirinya, mulai dari tingkat elit sampai kepada level garis rumput semuanya ingin eksis, dari kaum alay sampai kaum borjuis, berlomba-lomba tampil trendi. Untuk mencapai hal-hal yang demikian, orang-orang menjadi komsumtif dan karenanya mendorong sifat individualistis dan –is-is lainnya terpelihara semakin subur dan belas kasihan mulai dikubur. Yang di permukaan semakin terang benderang, yang di bawah, yang di pinggir, di belakang semakin terhilang. Kalau orang dunia bicara, “Mau apa lagi?” Bagaimana dengan orang Kristen?

PENGGALIAN
Kali ini di Matius 25: 31-46, Tuhan Yesus sedang berbicara tentang Penghakiman Terakhir. Diceritakan bahwa ketika Tuhan Yesus datang kembali ke dalam dunia, Ia tidak datang dalam kondisi yang lemah sebagai bayi dan situasinya berbeda. Kali ini Dia datang sebagai Hakim atau Raja yang menghakimi seluruh bangsa. Ia akan memisahkan seluruh bangsa yang ada di hadapan-Nya seorang demi seorang, sama seperti seorang gembala memisahkan domba dari kambing dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di sebelah kiri-Nya (ay. 32-33).

Tuhan Yesus menggunakan gambaran domba dan kambing untuk menggambarkan antara orang percaya dan yang non-percaya. Pada zaman dulu di Israel, para gembala memang menggembalakan domba bercampur dengan kambing, tetapi akan dipisah ketika tiba waktunya untuk mencukur bulu domba. Pada waktu petang, domba mendengarkan suara gembala tetapi kambing memilih untuk mengabaikan panggilan gembala. Perbedaan antara domba dengan kambing juga secara simbolis dalam Alkitab domba itu sering dipakai untuk melambangkan umat Allah, melambangkan kebenaran (Mzm. 23: 1-6; 100: 3; Yoh. 10). Sedangkan kambing di sini melambangkan sesuatu yang jahat (Yeh. 34: 17).

Apa hubungannya Penghakiman Terakhir dengan “memperhatikan yang terhilang?” Ayat 40 (34) dan 45 (46) merupakan indikasi kuat bahwa memperhatikan orang kecil erat hubungannya dengan Penghakiman Terakhir. Alkitab menulis, yang di sebelah kanan-Nya akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga karena sesungguhnya segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku, kata Tuhan Yesus (ay. 40). Sebaliknya yang disebelah kiri-Nya akan masuk neraka karena sesungguhnya segala sesuatu yang TIDAK kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu TIDAK melakukannya juga untuk Aku.

Bagaimana bisa “orang-orang yang ditaruh di sebelah kanan” disebut telah memperhatikan yang terhilang (yang paling hina)? Ayat 35-36 mengonfirmasi tindakan belas kasihan mereka yang menuntun mereka masuk ke dalam Kerajaan Allah. Ketidaksadaran mereka (lih. ay. 38-39) memberi kesan bahwa tindakan belas kasihan yang mereka berikan bagi yang terhilang merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan dengan tulus. Intinya melakukan kebaikan, berbelas kasihan kepada orang-orang kecil sama dengan melakukan untuk Tuhan (ay. 40, 45).

Ada satu hal yang penting bahwa bagian ini sama sekali tidak sedang mengajarkan perbuatan baik untuk masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Hanya anugerah semata manusia menerima keselamatan dan bisa masuk ke dalam Kerajaan Sorga. Sebaliknya justru bagian ini menegaskan bahwa orang yang sungguh-sungguh telah dipilih Allah akan terihat dari buahnya. Jadi perbuatan baik dan tindakan belas kasihan adalah buah dari orang-orang yang mengucap syukur atas keselamatan yang telah mereka terima. Orang yang diselamatkan pasti akan melakukan perbuatan baik untuk menyenangkan Allah. Secara singkat orang Kristen sejati akan melakukan tindakan yang serupa Kristus, yang juga mengasihi dan memperdulikan orang-orang yang lemah dan terkucil (baca Injil Lukas).

TINDAKAN NYATA
Menolong mereka yang kekurangan tidak harus melakukan perjalanan jauh ke daerah-daerah terpencil di dunia. Tidak perlu tindakan muluk-muluk ingin memberi bantuan dana yang memerlukan budget raksasa. Perhatian yang tulus dan tindakan nyata dalam memberi kebutuhan yang paling mendasar yang mereka butuhkan sudah cukup meruntuhkan benteng pemisahan antara si aku dan yang terhilang.

Lingkungan tempat saudara tinggal bisa menjadi acuan untuk proyek belas kasihan. Ketika saudara melewati jalan-jalan di mana saudara keluar berpergian dari rumah menuju tujuan saudara, saudara dapat menebarkan belas kasihan bagi mereka yang membutuhkan pertolongan. Kita juga dapat menolong anak-anak yang kurang mampu di gereja atau lingkungan non-gereja; membagikan makanan bagi para gelandangan di tempat-tempat tertentu; memperhatikan janda-janda dan yatim piatu; bekerja sama dengan yayasan yang bergerak di pelayanan masyarakat miskin dll.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar